BIDAN SIAGA BENCANA

Semarang | Bidan merupakan tenaga kesehatan yang pada umumnya bekerja di puskesmas atau yang berada di masyarakat/ komunitas  yang  paling  dekat  terkena dampak  dari  bencana.  Kontribusi  bidan  terhadap bencana/pengurangan  risiko  darurat  atau    kesiap- siagaan sangat penting.  Bidan sering  tidak termasuk dalam tenaga  kesiapsiagaan  bencana di tingkat lokal, nasional dan internasional. Hal ini didukung oleh fakta dari WHO yang menyebutkan bahwa kesehatan ibu, bayi baru lahir dan  perempuan perlu diperhatikan dalam  manajemen  korban  masal, sehingga International  Confrederation  of  Midwives  (ICM)  dan asosiasi anggotanya  untuk memastikan  bahwa bidan dapat  berpartisipasi  dan  mengambil  peran  dalam kesiapsiagaan bencana.

Menurut  laporan  World  Health  Organization (WHO)  pada  tahun  2013,  Delapan  dari  Sepuluh negara  dengan  lebih dari sepertiga dari  kasus   angka  kematian  ibu  tertinggi  yang tercatat  baru-baru  ini  menghadapi  bencana, hal tersebut terjadi salah satu  penyebabnya adalah kurangnya peralatan dan  personel  yang  berkualifikasi  dalam  sistim perawatan kesehatan.  Data Perserikatan  Bangsa-Bangsa  (PBB)  dan  United Nations  Population Fund  (UNFPA) melaporkan pada tahun  2015  bahwa  sekitar  61%  dari  kematian  ibu terjadi di negara rawan bencana. Sehingga Upaya memberikan pelayanan kesehatan pada kondisi krisis akibat bencana terus ditingkatkan namun belum  optimal,  baik  dari  tenaga  kesehatan  yang terlatih,  peralatan, kompetensi  maupun pengetahuan tenaga kesehatan tersebut dalam hal ini salah satunya tenaga  bidan.    Akibatnya  pelayanan  masih  terbatas pada penanganan masalah kesehatan secara umum, sedang kesehatan reproduksi belum menjadi prioritas dan sering kali tidak tersedia.

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang pada umumnya bekerja di puskesmas atau yang berada di masyarakat/ komunitas  yang  paling  dekat  terkena dampak  dari  bencana.  Kontribusi  bidan  terhadap bencana/pengurangan  risiko  darurat  atau    kesiap- siagaan sangat penting. Sementara itu Bidan sering  tidak termasuk dalam tenaga  kesiapsiagaan  bencana di tingkat lokal, nasional dan internasional. Hal ini didukung oleh fakta yang dari WHO yang menyebutkan bahwa kesehatan ibu, bayi baru lahir dan  perempuan perlu diperhatikan dalam  manajemen  korban  masal  sehingga International  Confrederation  of  Midwives  (ICM)  dan asosiasi anggotanya  untuk memastikan  bahwa bidan dapat  berpartisipasi  dan  mengambil  peran  dalam kesiapsiagaan bencana.

Maka dari itu untuk memberikan pengetahuan akan hal tersebur Program Studi Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang (FIKKES Unimus) menyelenggarakan kegiatan Kuliah Pakar Sar Gadar Malang” Bidan Siaga Bencana” yang diikuti oleh 32 Peserta pelatihan yang terdiri dari seluruh Dosen Program Studi Kebidanan Fikkes Unimus, mahasiswa D3 dan S1 Kebidanan semester 4. Kegiatan tersebut dilasanaka secara Daring pada Sabtu (3/7/2021) dan menggandeng narasumber Paramedik SAR Trenggana Malang RH. Sardjono, S.Kep. Ns dan Sulistyono, S. Kep, Ns., M. Kep.

Tujuan diadakan kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan peserta pelatihan (Bidan) tentang siaga bencana khususnya Kedaruratan Maternitas dan Neonatus. Dengan harapan Setelah mengikuti Kuliah Pakar SAR Gadar Malang  peserta mempunyai tambahan pengetahuan tentang penaganan bencana khususnya Kedaruratan Maternitas dan Neonatus bidan, mampu melaksanakan tugas atau menolong kasus kegawatdarutan maternitas dan neonatus se optimal mungkin di situasi bencana, dan Meningkatkan kemampuan dalam asuhan kebidanan pada klien dengan kegawat daruratan di situasi bencana.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *